Kamis, 21 Februari 2013

Tokoh-Tokoh Kaligrafi Arab

Tokoh-tokoh kaligrafi Arab adalah mereka yang menemukan gaya seni penulisan karakter Arab. Tokoh-tokoh kaligrafi Arab ini memiliki karakter yang berbeda dalam menciptakan seni keindahan penulisan abjad Arab.

Berikut adalah tokoh-tokoh kaligrafi Islam terkemuka:

1. Ibnu Muqlah

Al-Wazir Abu Ali al-Shadr Muhammad bin al-Hasan ibnu Muqlah, yang digelari ‘Si Biji Anak Mata’. Ibnu Muqlah bisa dibilang sebagai bapak kaligrafer Arab. Ibnu Muqlah lah tokoh yang pertama kali merubah jenis karakter tulisan Arab yang kaku menjadi sebuah tulisan yang indah. Menurut Ibnu Muqlah, bentuk sebuah tulisan dianggap benar jika memiliki 5 kriteria, yaitu:

  • Tawfiyah (Tepat), yaitu secara huruf harus mendapatkan usapan sesuai dengan bagiannya, dari lengkungan, kekejuran dan bengkokan
  • Itman (Tuntas), yaitu setiap huruf harus diberi ukuran yang utuh, dari panjang, pendek, tipis dan tebal.
  • Ikmal (Sempurna), yaitu setiap usapan garis harus sesuai dengan kecantikan bentuk yang wajar, dalam gaya tegak, terlentang, memutar dan melengkung.
  • Isyba’ (Padat), yaitu setiap usapan garis harus mendapat sentuhan pas dari mata pena sehingga terbentuk suatu keserasian. Dengan demikian tidak akan terjadi ketimpangan, satu bagian tampak terlalu tipis atau terlalu tebal dari bagian lainnya, kecuali pada wilayah-wilayah sentuhan yang menghendaki demikian.
  • Irsal (Lancar), yaitu menggoreskan kalam secara cepat-tepat, tidak tersandung atau tertahan sehingga menyusahkan, atau mogok di tengah-tengah sehingga menimbulkan getaran tangan yang kelanjutannya  merusak tulisan yang sedang digoreskan.
 2. Hasyim Muhammad Al-Baghdadi

Abu Raqım, Hashim bin Muhammad bin Haji Dirbas al-Qaysi Al-Baghdadi. Beliau dilahirkan pada tahun 1335 H/1917 M di Baghdad. Sejak kecil Hasyim sangat tertarik pada kaligrafi, ia belajar kepada Maula ‘Arif al-Shaykhli juga kepada Ali Sabir, akan tetapi hanya sebentar saja. Kemudian ia mulai berlatih kaligrafi di bawah pengawasan dan bimbingan Syeikh Maula ‘Ali al-Fadli, yang memberinya ijazah (Sertifikat kaligrafi) pada tahun 1363 H/1943 M.

Kaligrafi Turki sangat mempengaruhi diri Hasyim. Ia sangat mengagumi karya Hafiz Osman, muhammad sevki, Haci ahmed kamil akdik, dan hamid aytac. Kekagumannya kepada Musthafa Raqim juga begitu besar, sampai ia beri nama anaknya dengan Mushafa Raqim dan menyebut dirinya Abu Raqim. Semasa di Istanbul, Hasyim kerap kali mengunjungi Necmeddin Okyay, yang memiliki koleksi berbagai macam karya kaligrafi.

Dengan tujuan mempopulerkan seni kaligrafi, Hashim membuat koleksi potongan kaligrafi di riq’ah dan lain yang lainnya dalam berbagai skrip. Selain itu, Hasyim juga menjadi pengawas dalam penerbitan Mušhaf al-Awqāf, yang diterbitkan pertama kali oleh Departemen kementrian. Ini adalah mushaf kaligrafi yang sangat indah di tahun 1236/1821 yang ditulis oleh kaligrafer Turki Muhammad Amin Ar-Rusdi (abad ke 13/19). Mushaf ini diberikan oleh Pertevniyal, ibu dari Sultan Abdulaziz, ke Masjid Imam Besar Al-Nu’man Bin Tsabit, yang dikenal sebagai Abu Hanifah.

3. Yusuf Dzannun

Beliau terhitung sebagai salah seorang kaligrafer dan tokoh seniman besar yang dimiliki oleh dunia Islam saat ini. Beliau juga merupakan seorang peneliti dan penulis dalam bidang seni budaya dan ilmu pengetahuan dalam bidang kaligrafi khususnya dan dalam bidang seni umumnya. Dr. Abdullah bajuri, seorang pakar filologi Arab terkemuka mengatakan “Yusuf Dzannun adalah seorang pakar dalam filologi dan dunia kaligrafi yang dimiliki oleh dunia arab”. Bahkan beliau mengatakan bahwa Yusuf Dzannun adalah satu-satunya pakar di bidang tersebut dan sangat sedikit pakar yang setara dengannya. Lebih dari itu Yusuf Dzannun adalah tokoh yang masih tersisa dalam bidang kaligrafi, tulisan arab, dan peninggalan-peninggalan sejarah arab yang nyaris tiada tandingannya.

Yusuf Dzannun lahir di Mausil pada tahun 1932 menurut catatan sipil, tetapi sebenarnya beliau lahir setahun sebelumnya. Sejak kecil, beliau memiliki kecenderungan dalam bidang bidang pertukangan, seperti tenun, kerajinan kayu, dan arsitektur sebelum akhirnya terjun dalam dunia ilmu pengetahuan. Sebuah dunia yang saat itu tidak banyak di lirik oleh masyarakat Mausil. Beliau lulus dari Akademi Pendidikan spesialisasi bidang pendidikan seni yang kelak mengantarkan beliau dari seorang guru menjadi penasehat seni kaligrafi, kemudian penasehat umum di kantor pendidikan di Ninawa. Di sela-sela kesibukan tersebut kehidupan beliau di penuhi dengan kreasi baru dalam dunia kaligrafi yang mengantarkannya menjadi seorang kaligrafer besar, peneliti ulung, pakar dalam dunia arsitek dan seni islam dalam kurun waktu tiga puluh tahun. Setelah itu, semenjak tahun 1981 beliau memfokuskan semua waktu yang ada untuk Seni Islam secara umum dan Kaligrafi Arab secara khusus.

Jika kita telusuri riwayat hidup beliau dalam belajar kaligrafi beliau tidak belajar dari seorang guru sebagaimana lazimnya para kaligrafer, tetapi beliau memulainya dengan belajar secara otodidak dari buku Muhammad Izzat, seorang kaligrafer Usmani terkenal yang wafat tahun 1886. Buku Muhammad izat adalah buku langka yang memuat contoh-contoh kaligrafi Turki Usmani yang diakui keindahan dan kekuatan kaidahnya.

Pada tahun 1957 Yusuf Dzannun pergi ke Turki pertama kalinya untuk mengunjungi tempat-tempat eksotis yang penuh dengan keindahan seni-seni Islam. Tahun ini merupakan tahun dimana pandangan beliau terhadap seni islam secara umum berubah. Terlebih dalam bidang kaligrafi. Karena kunjungan tersebut, akhirnya beliau menjadikan Turki sebagai kiblat seni yang tidak bosan untuk selalu beliau kunjungi. Selain mengunjungi museum-museum, masjid-masjid, kuburan-kuburan serta tempat bersejarah lainnya, dalam setiap kunjungannya selalu menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan Kaligrafer Usmani terakhir, Khattath Hamid al-Amidi, serta berkunjung ke kantor IRICICA di Istanbul untuk bekerjasama dengannya.

IRCICA adalah lembaga yang memelihara dan menjaga seni kaligrafi, yang dengannya kaligrafi mengalami perkembangan pesat dalam kurun terahir ini. Usaha nyata IRCICA di antaranya adalah pengadaan perlombaan kaligrafi internasional setiap 3 tahun sekali, serta seminar-seminar tentang kaligrafi.
Yusuf Dzannun mendapatkan Ijazah khat dari Hamid al-Amidi pada tahun 1966, kemudian mendapatkan Taqdir (penghargaan) dari Kaligrafer yang sama pada tahun 1969. Penghargaan ini terbilang sangat langka dalam dunia kaligrafi dan dianggap lebih tinggi nilainya daripada ijazah oleh para kaligrafer, mengingat hanya dua orang kaligrafer yang mendapatkannya, yaitu Hashim Muhammad al-Baghdadi (meninggal 1973) dan Yusuf Dzannun.